Saturday, April 23, 2011

THE AUTOPILOT MYTH

Bayangkan, seorang yg tdk anda kenal datang menghampiri anda ketika anda mengendari mobil dan mencoba menawarkan ke anda sebuah sistem otomatis untuk mengemudikan mobil anda. Cukup bayar beberapa juta buat chip komputernya, dipasang ke mobil anda, dan anda bisa berhenti membuang energi untuk menyetir, kata si penjual. Anda bisa sambil tiduran di jok mobil anda sementara "Sistem Mengemudi Otomatis" mengambil alih tugas anda. Anda mungkin tertawa mendengar perkataan si sales tadi. Tapi apakah anda tertawa bila sales tadi mencoba menjual Automatic Trading System?

Trader yang percaya pada Autopilot berpikir bahwa meraih keuntungan bisa di otomatiskan. Beberapa mengembangkan sebuah Automatic Trading System, sementara yang lainnya menbeli dari seorang ahli. Orang yang menghabiskan waktu tahunan mengasah skill mereka ;seperti pengacara, dokter dan businessmen; menghabiskan puluhan juta untuk kemampuan yang dipaketkan. Mereka digerakkan oleh keserakahan dan kemalasan.

System trading dulunya ditulis diatas kertas, tapi sekarang dalam bentuk disk. Beberapa diantaranya primitif, yang lainnya terpadu, dengan built-in optimalisasi dan pengaturan money management. Banyak trader menghabiskan jutaan rupiah mencari "keajaiban" yang dapat menubah beberapa halaman script komputer menjadi kucuran uang taktebatas. Orang-orang yang membayar untuk autopilot adalah seperti kesatria abad pertengahan yang membayar ahli kimia untuk rahasia mengubah besi menjadi emas.

Aktivitas manusia yang kompleks tidak mengijinkan untuk diotomatisasi. Sistem belajar yang terkomputerisasi tidak bisa menggantikan guru, dan program untuk mengerjakan perhitungan pajak tidak membuat akuntak menjadi pengangguran. Akivitas manusia kebanyakan memerlukan pengujian untuk kompetensinya; mesin dan sistem bisa menolong tapi tidak menggantikan.

Jika anda bisa membeli sebuah sistem autopilot yang berhasil, anda dapat pindah ke Bali dan menghabiskan sisa hidup anda dalam kemewahan, disupport dengan kucuran uang dari broker anda. Sejauh ini, orang yang menghasilkan uang dari sistem autopilot adalah sipenjualnya. Mereka membentuk sebuah indrustri kecil tapi penuh warna. Jika sustem mereka bekerja, kenapa mereka harus menjualnya? Mereka dapat pindah ke Bali sendirian dan mencairkan uang dari broker mereka!

Market selalu berubah dan mengalahkan autopilot. Kemarin berjalan dengan baik, hari ini hancur lebur dan mungkin gak bisa jalan besoknya. Seorang trader yang cakap akan mampu mengadaptasikan metodenya ketika ia medeteksi masalah. Sebuah autopilot lebih tidka bisa beradaptasi dan menghancurkan diri sendiri.

Perusahaan penerbangan membayar mahal pilotnya meskipun mereka punya autopilot. Mereka melakukannya karena manusia bisa mengatasi hal-hal yang tak terduga. Ketika atap pesawat terbuka waktu terbang atau ketika semua mesin pesawat mati, hanya manusia yang dapat mengatasi krisis seperti itu. Krisis ini pasti diberitakan, dan setiap pilot yang berpengalaman berhasil mengatasi kirisis tersebut dengan improvisasi. Tidak ada autopilot pesawat yang mampu melakukan itu. Mempertaruhkan uang ana pada automatic trading system adalah seperti mempertaruhkan hidup anda pada autopilot pesawat. Ketika kejadian yang tak terduga terjadi, akan segera menghancurkan account anda.

Terdapat banyak trading system yang bagus, tetapi itu harus selalu dimonitor dan diseduaikan penggunaannya menggunakan penilaian sendiri. Anda harus terus memegang kendali - anda tidak dapat melepaskan tanggung jawab untuk kesuksesan anda kepada sebuah sistem trading.

Trader yang punya fantasi autopilot mencoba mengulang apa yang mereka rasakan ketika mereka bayi. Ibu mereka biasanya menyediakan mereka makanan, kehangatan dan kenyamanan. Sekarang mereka mencoba memciptakan ulang pengalaman tersebut dengna tidur-tiduran dan menghasilkan keuntungan yang mengalir ke rekening mereka seperti kucuran susu hangat yang tak terbatas.

MARKET BUKANLAH IBU ANDA. MARKET BERISI PIKIRAN-PIKIRAN DARI PRIA DAN WANITA YANG MENCARI JALAN MENGAMBIL UANG ANDA DARIPADA MENUANGKAN SUSU KE MULUT ANDA.

No comments:

Post a Comment